Artikel

ISSUE RADIKALISME MENJADI MAGNIT DPRD KOTA SALATIGA KE ANTARA

ISSUE RADIKALISME MENJADI MAGNIT DPRD KOTA SALATIGA KE ANTARA

Tanggal 4 Mei 2018, tiba-tiba hape Humas berbunyi. Dua belas angka provider BUMN tertera, dari nomer tidak dikenal. Agak enggan mengangkat. Suara di seberang sana, kental dengan logat Jawa Tengah segera terdengar. "Saya Aris Bu, dari Sekretariat DPRD Kota Salatiga. Kami ingin ke ANTARA, untuk meminta penjelasan lebih jauh tentang Radikalisme dari sisi jurnalistik,"

Ups, spontan saya menjawab, "njih Pak, ada yang dapat dibantu? Btw, Bapak dapat no kami dari mana ya?". Pak Aris menjawab,"Dari Website ANTARA, https://korporat.antaranews.com," Itulah sekelumit cerita, bagaimana tamu-tamu bisa mengenal dan berkunjung ke satu-satunya Kantor Berita Indonesia, ANTARA. Mereka berselancar di internet. Cari-cari media yang paling pas, mencermati dan ketemu website korporat ANTARA. Kali ini, anggota DPRD Kota Salatiga ingin membahas dan menggali issue dan paham radikalisme dengan Redaksi Kantor Berita ANTARA.

Radikalisme menurut pihak DPRD Salatiga merupakan paham atau ideologi yang menuntut perubahan dan pembaruan sistem sosial dan politik dengan cara kekerasan. Esensi dari radikalisme adalah sikap jiwa dalam mengusung perubahan tuntutan perubahan oleh kaum yang mengandung paham radikalisme.

Rombongan Kota Salatiga diterima oleh Kepala Divisi Pemberitaan Nasional, Erafzon Saptiyulda, Manajer Berita Politik Budi Setiawanto, Manajer Berita Kesra Arief Mujayatno, Manajer Berita Olah Raga Teguh Handoko dan dua pewarta Saiful Hakim dan Dyah Dwi Astuti yang sehari-hari meliput bidang politik.

Merespon issue radikalisme, Erafzon menyatakan ANTARA sebagai sebuah perusahaan media juga tidak terlepas dari mengelola issue paham radikalisme, baik yang berasal dari sumber-sumber berita asing maupun dalam negeri. Namun ANTARA sudah memiliki kiat sendiri berupa panduan menulis berita bagi seluruh wartawan ANTARA. Entitas ANTARA memiliki koridor yang jelas saat menyajikan issue pemberitaan yang sensitif antara lain dengan memilih diksi yang tepat sehingga informasi yang sampai kepada khalayak adalah informasi yang dapat dipercaya, akurat, mendidik dan sebenar-benarnya menyajikan fakta secara obyektif.

"Kami berhati-hati dalam memilih kata-kata seperti kelompok garis keras, kelompok ektrim, radikal, fundamentalis dan lain-lain, karena semakin banyak kata-kata itu diulang semakin diyakini bahwa hal-hal yang diulang itu adalah kebenaran dan realitas masyarakat padahal belum tentu demikian," kata Erafzon.

ANTARA selaku media milik negara mengedepankan nilai-nilai yang menjaga Negara Kesatuan RI (NKRI). Karena itu, ANTARA sangat berhati-hati dalam menyampaikan issue-issue yang berkaitan dengan radikalisme karena biasanya akan merembet kepada perlawanan terhadap kelompok yang berkuasa atau masuk ke wilayah-wilayah kelompok penganut agama.

Diskusi berlanjut dengan ikutnya Budi Setiawanto berpendapat tentang Kota Salatiga yang dinobatkan sebagai kota paling toleran di Indonesia, yang ditimpali dengan bertubi-tubi oleh para anggota DPRD Kota Salatiga.

Dari sejumlah data didapati Kota Salatiga kembali terpilih sebagai kota paling toleran di Indonesia. Hasil kajian serta indeks terhadap 94 kota di Indonesia dalam hal isu praktik toleransi oleh Setara Institute ini merupakan yang kedua kalinya bagi Kota Salatiga.

Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Salatiga, Muhammad Fathur Rahman mengaku bersyukur Pemda Salatiga menjadi kota paling toleran di Indonesia, di mana di Salatiga terdapat 30 etnis. Representasi lainnya sebagai kota paling toleran adalah keberadaan dua lembaga pendidikan berbasis agama dengan mahasiswa dari seluruh Indonesia, yakni Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) dan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

Menurut Fathur, pemerintah daerah Salatiga berkomitmen untuk menjaga toleransi antarumat beragama di Salatiga. Bahkan, Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) terus menjalin komunikasi dengan baik, sehingga isu-su yang bisa menimbulkan perpecahan bisa diatasi dengan baik.

"Salatiga telah merintis pembentukan FKUB, sebelum daerah lain membentuknya. Kami optimistis dengan komunikasi yang intens dengan para pemuka agama, maka kami bisa menjaga toleransi dengan baik. Saat ini memang Salatiga aman dari isu radikalisme, namun kita patut berjaga-jaga", ucapnya.

Dalam kesempatan itu, Muhammad Fathur Rahman juga mendorong pelaksanaan pendidikan berwawasan nusantara bagi kalangan pelajar dan komponen masyarakat lainnya agar mereka memahami perbedaan.

"Pendidikan wawasan nusantara tidak hanya di lingkungan sekolah semata, tetapi juga di masyarakat. Kalau di masyarakat bentuknya kegiatan yang dilaksanakan oleh Kesbangpol Salatiga," kata Fathur dan melanjutkan pendidikan wawasan nusantara itu sangat penting untuk mewujudkan persepsi yang sama bagi seluruh warga negara Indonesia, sehingga bisa memahami segala perbedaan yang ada.

Rombongan dari DPRD Salatiga terdiri dari M. Fatur Rahman (Wakil Ketua DPRD), Diah Sunarsasi (Wakil Ketua), HM Syafii, Taufiq Eko P., H. Suniprat, Agus joko S., Sugiyanto, Emi Tri Yuliastuti, Latif Nahari, Sudiyono, Supriyono, Iskandar (MUI Salatiga), Mansur (MUI Salatiga) dan Aris Diyanto dai sekretariat DPRD.

Pertemuan ditutup dengan pertukaran cindera mata dan foto bersama, setelah sebelumnya para anggota Dewan itu menyaksikan video profile Kantor Berita ANTARA.

(Disarikan dari berita Saiful Hakim dan liputan Humas)