Bina Lingkungan

KANTOR BERITA ANTARA SOSIALISASI CEGAH BERITA HOAKS DI SMKN I SURABAYA

KANTOR BERITA ANTARA SOSIALISASI CEGAH BERITA HOAKS DI SMKN I SURABAYA
Perum Lembaga Kantor Berita Nasional Antara memperingati Hari Pers Nasional 2019 dengan melakukan sosialisasi pencegahan berita hoaks di kalangan pelajar di SMK Negeri I Kota Surabaya, Jawa Timur, Jumat, 8 Februari 2019 lalu.
     
"Dengan adanya acara ini, kami berharap tidak ada lagi agen hoaks," kata Redaktur Pelaksana Perum Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) Antara Sapto Heru Purnomojoyo saat memberikan sambutan pembukaan di acara "Antara Goes to School 2019" dengan tema "Berbagi Pengetahuan Cegah Berita Hoaks dan Asyiknya Bermedia Sosial" di SMKN I Surabaya.
     
Sementara itu, Wakil Kepala SMKN I Surabaya, Asslamet, dalam sambutannya mengatakan pembekalan seputar pentingnya mengetahui berita hoaks dan tidak yang diberikan Kantor Berita Antara ini cukup penting, khususnya di kalangan pelajar.
     
"Apalagi pada tahun politik saat ini, serangan berita hoaks bertubi-tubi dimana-mana," katanya.
     
Untuk itu, ia berharap hasil dari kegiatan ini bisa menjadikan pelajaran atau kehati-hatian di kalangan pelajar SMKN 1 Surabaya dalam bermedia sosial.    
     
Kepala Unit Viral Desk Perum LKBN Antara Panca Hari Prabowo selaku narasumber menjelaskan bahwa hoaks atau kabar bohong adalah tindakan yang dimaksudkan untuk mampu atau seakan memberikan informasi yang benar dengan maksud menyesatkan.  Medium yang digunakan berupa teks, foto, video dan infografis.
     
Ia menyebut ada beberapa alasan hoaks marak akhir-akhir ini, yakni adanya perubahan pola masyarakat dalam mengonsumsi berita.

Selain itu, lanjut dia, perkembangan penggunaan layanan dan juga ragam dari konten internet serta perkembangan media sosial yang juga menjadi penyebab maraknya berita hoaks yang terjadi akhir-akhir ini .
     
"Ini juga karena rendahnya literasi di kalangan masyarakat saat ini," kata wartawan senior Antara ini.
     
Untuk itu, ia mengingatkan kepada para pelajar SMKN I agar bisa mengenali hoaks dengan cara, yakni mengenali domain atau URL dari sumber berita tersebut, baca bagian "about us" dalam situs sumber berita, cek sumber yang memberikan kutipan yang kredibel atau tidak, cek kredibilitas narasumber dengan cara mencari di "search engine".
     
Selain itu, cek dan keakuratan komentarnya, apakah gunakan bahasa yang hiperbola, logis atau tidak sesuai kelaziman. Terakhir cek foto yang digunakan, bisa menggunakan "google reverse" atau aplikasi sejenis.
     
Narasumber lainnya, Esti Nurmi Oktaviani yang merupakan Asisten Manajer Viral Desk Perum LKBN Antara lebih menekankan pada cara bijak dalam menggunakan sosial media, serta asyiknya bermedia sosial.
     
"Jadi, bermedia sosial yang asyik itu harus bermanfaat, menginspirasi dan tidak menyebarkan berita hoaks dan kebencian. Intinya bermedia sosial yang baik itu sama saja mengiklankan diri kita sendiri," katanya.
     
Salah seorang siswi kelas X SMKN I Surabaya Kristin menanyakan bagaimana menyikapi jika ada berita di televisi yang diketahui sudah memenuhi kaidah jurnalistik, tapi setelah diverifikasi ternyata tidak benar.
     
Mendapati hal itu, Panca mengatakan bahwa wartawan itu mempunyai kode etik yang harus dipatuhi saat peliputan. Tentunya, kata dia, wartawan harus cek dan ricek data sebelum mengeluarkan berita.
     
"Tapi, kalau ada berita yang salah, narasumber punya hak jawab untuk meralat berita yang salah itu. Media yang menulis berita salah itu juga bisa dilaporkan ke Dewan Pers agar mendapat teguran," katanya. (*)

Pewarta : Abdul Hakim
 (ERU SASANTI R PENI - SEKRETARIAT PERUSAHAAN)