Kegiatan

ANTARA SELENGGARAKAN DIKLAT INTERNAL MANAJEMEN RISIKO

ANTARA SELENGGARAKAN DIKLAT INTERNAL MANAJEMEN RISIKO

Perum LKBN ANTARA menyelenggarakan diklat internal tentang manajemen risiko secara virtual pada Kamis (14/1). Diklat ini diikuti oleh para pejabat struktural di Perum LKBN ANTARA yakni General Manager, Kepala Biro, serta Manajer dari berbagai unit kerja. Hadir pula Anggota Dewan Pengawas sekaligus Komite Audit Monang Sinaga, Direktur Keuangan, MSDM dan Umum Nina Kurnia Dewi dan Direktur Pemberitaan Akhmad Munir.

Dalam sambutannya, Direktur Keuangan, MSDM dan Umum Perum LKBN ANTARA Nina Kurnia Dewi menyebutkan diselenggarakannya diklat manajemen risiko adalah atas kesadaran pada pentingnya perusahaan memberi perhatian lebih terhadap pengelolaan risiko.

“Ini penting bagi pemimpin dari masing-masing unit untuk memiliki pehamaman tentang risiko dan pengelolaannya. Terutama bagaimana kita bisa tetap bermanuver dari segi bisnis tetapi dengan risiko yang terstruktur. Dari situlah kita coba cari jalan tengahnya,” tutur Nina.

Diklat manjemen risiko ini mengundang pembicara Ir. Lutfi Fachda, MSc., MH., Ph.D selaku konsultan Enterprise-Wide Risk Management (ERM). Lutfi Fachda merupakan konsultan yang memiliki spesialisasi di bidang manajemen risiko, corporate finance, business process, dan business integration. Sebelumnya, Lutfi telah berpengalaman menjadi konsultan manajemen risiko di berbagai perusahaan BUMN seperti PT KAI, PT Pertamina dan PT Jakarta Industrial Estate Pulogadung.

Mengawali diklat, Lutfi membahas bagaimana pentingnya menentukan nilai dari sebuah perusahaan untuk memahami pengendalian risiko dalam operasional perusahaan. Dalam konteks LKBN ANTARA, Lutfi mengatakan ANTARA harus mengetahui ingin sekuat apa posisinya sebagai kantor berita bagi bangsa sebesar Indonesia. “Pengendalian risiko hanya bisa dilakukan kalau terlebih dahulu diberikan pemahaman tentang hal itu,” jelas Lutfi.

Setelah mengetahui nilai perusahaan, Lutfi melanjutkan, perusahaan perlu memetakan risiko-risiko apa saja yang mungkin muncul selama perusahaan berjalan.  Pemetaan risiko ini diikuti dengan persiapan penanganan risiko.

“Harus dibuat strategi yang menyeluruh dan melingkupi seluruh kebutuhan dan tantangan yang ada,” tuturnya.

Lutfi juga menggaris bawahi pentingnya perusahaan untuk tidak terlampau percaya diri terutama pada hal-hal yang sudah terbiasa dilakukan. “Kalau kita overconfidence, itu akan memberi dampak yang merugikan bagi kita. Kita bisa terekspos risiko di hal-hal yang kita sudah biasa kita lakukan. Pada kondisi itu biasanya terjadi risiko,” tegas Lutfi.

Kegiatan ini akan dilakukan pada dua sesi. Sesi berikutnya akan dilakukan pada Rabu, 20 januari mendatang.

(Ami/Iswahyuni/Sekretariat Perusahaan)