Kegiatan

ANTARA BIRO KUALA LUMPUR MEDIA PARTNER DISKUSI SOSMED

ANTARA BIRO KUALA LUMPUR MEDIA PARTNER DISKUSI SOSMED

CEOMediatrustpr, Luthfi Subagio sataat menyampaikan presentasi diskusi sosmed bertajuk "Bermedsos Secara Smart dan Bijak"oleh Majelis Pustaka, Informasi dan Humas (MPIH) Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah Malaysia (PCIM) bekerjasama dengan LKBN Antara Biro Kuala Lumpur, Sabtu malam (20/3). Foto Antara/Agus Setiawan 

Perum LKBN Antara Biro Kuala Lumpur menjadi media partner sekaligus moderator dalam diskusi sosial media bertajuk "Bermedsos Secara Smart dan Bijak" oleh Majelis Pustaka, Informasi dan Humas (MPIH) Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah Malaysia (PCIM) di Kuala Lumpur, Sabtu malam (20/3).

Bertindak sebagai pemateri adalah praktisi komunikasi yang juga Chief Executive Officer (CEO) Mediatrustpr, Luthfi Subagio.

Perusahaan milik mantan Pimpinan Redaksi Radar Surabaya (Jawa Pos Group) ini juga memiliki produk aplikasi tracking berita yang konten beritanya salah satunya diperoleh melalui langganan dari LKBN Antara.

Dalam pandangannya Luthfi mengatakan saat ini terjadi anomali media sehingga membuat persoalan menjadi rumit karena orang tidak faham membedakan kebenaran sebuah informasi.

Media online dan media cetak, ujar dia, mengambil sumber berita dari media sosial dan terkadang netizen dijadikan sumber berita.

"Ini degradasi media yang sangat besar. Kenapa ?. Karena posisi sumber tidak pada tempat yang seharusnya. Diganti oleh posisi 'chit chat' yang kira-kira tidak bermutu sehingga wajar kalau media itu turun grade-nya (kelas)," katanya.

Ketika media turun kelas, ujar mantan anggota KPID Jatim ini, maka yang terancam adalah kepercayaan terhadap media.

"Kalau kita lihat medsos ada whatsapp, ada facebook, ada twitter, ada linkedin dan lain-lain. Biasanya medsos saya namakan kaos kaki karena orang memakai semuanya. Kita nggak ngerti, kembali ke khittah medsos itu seperti apa. Kenapa ?. Asal pakai," katanya.

Luthfi mengatakan orang mamandang medsos kalau dipandang dari samping bagus dan dipandang dari atas bagus namun dipandang dari depan jelek.

"Ini menimbulkan suatu persepsi yang beragam yang kemudian di situ medsos tidak bisa berdiri sendiri, kalau media berdiri sendiri sebagai satu kesatuan dari beragam orang, maka medsos ini kumpulan orang yang belum tentu benar," katanya.

Pada kesempatan tersebut Luthfi memaparkan data terbaru dari sebuah lembaga yang memaparkan bahwa saat ini populasi penduduk 274,9 juta jiwa, pengguna mobile 345 juta (125,6 persen), pengguna internet 202,6 (73,7 persen), pengguna medos paling besar 25 hingga 34 tahun, laki-laki 19,3 persen dan perempuan 14,8 persen.

Setelah pandemik berjalan, ujar  dia, pengguna internet naik 15,5 persen (27 juta), penggunaan medsos naik 6,3 persen (10 juta) dan waktu rata-rata bermedsos tiga jam, 15 menit sedangkan waktu membaca print maupun online satu jam 38 menit.

"Rata-rata pengguna internet usia 16 hingga 64 tahun yakni delapan jam 52 menit. Lebih semarak membaca medsos daripada membaca buku," katanya.

Pada saat tersebut Luthfi meminta peserta membaca media tidak hanya dari satu sumber berita namun beberapa media untuk mendapatkan informasi yang sebenarnya karena kepemilikan masing-masing media berbeda.

Dia juga mengusulkan perlunya dibentuk lembaga pemantau sosial media (Social Media Watch).

Turut hadir pada diskusi tersebut Ketua PCIM Malaysia, Assoc Prof Sonny Zulhuda, pengurus PCIM Malaysia, sejumlah dosen komunikasi dari UPN Jatim, Universitas Lanpung, Universitas Pendidikan Indonesia dan sejumlah peserta masyarakat umum.

(Agus Setiawan/Hendi/Sekretariat Perusahaan)