Artikel

OBITUARI - BELAJAR TOTALITAS BERSAHAJA DARI MAS PANCA

OBITUARI - BELAJAR TOTALITAS BERSAHAJA DARI MAS PANCA

Genap 40 hari Perum LKBN ANTARA berkabung kehilangan salah satu putranya, Panca Hari Prabowo, yang meninggal dunia pada Senin (20/5).

ANTARA mendapat kabar duka tepat saat melangsungkan Upacara Hari Kebangkitan Nasional sekitar pukul 09:00 WIB, sesaat sebelum menyanyikan lagu kebangsaan Bagimu Negeri dan Mars ANTARA.

Suasana upacara semakin khidmat dan sendu ketika Direktur Pemberitaan Perum LKBN ANTARA Irfan Junaidi yang menjadi pembina upacara mengumumkan berita duka cita itu sebelum sesi doa upacara dipanjatkan.

“Rekan-rekan Perum LKBN ANTARA, saya baru saja mendapatkan kabar duka cita, rekan kita mas Panca Hari Prabowo berpulang ke Rahmatullah pagi ini. Mari kita bersama panjatkan doa teruntuk almarhum semoga husnul khotimah dan keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan dan kesabaran, Al Fatihah,” demikian Irfan memimpin doa khusus disaksikan peserta upacara baik yang hadir langsung di Wisma Antara b Cikini maupun hadirin secara daring.

Isak tangis sejumlah rekan ANTARA pecah kala petugas pembaca doa, Abdillah, memanjatkan doa yang selanjutnya disusul pembubaran barisan upacara oleh pemimpin upacara.

Hampir semua pegawai di Perum LKBN ANTARA mengenal sosok Panca sebagai pria yang lembut dan bersahabat.

Aktif berkinerja

Pada Senin (13/5) Panca bersama tim seksi acara mempersiapkan acara Peresmian ANTARA Heritage Center (AHC) di Pasar Baru.

Dia begitu berdedikasi tinggi selaku koordinator seksi acara dan selalu berkoordinasi dengan sejumlah pihak yang berkepentingan bahkan hingga larut malam.

Selasa dini hari (14/5), keluarga almarhum menghubungi Manajer Layanan Komunikasi Strategis Perum LKBN ANTARA, Andes Lukman, dan menyampaikan jika Panca ditemukan jatuh dari tempat tidur, kemudian dibawa ke salah satu rumah sakit di Bintaro.

Di rumah sakit, ia menjalani operasi kateterisasi dan beberapa operasi yang diperlukan hingga ia berpulang ke Rahmatullah.

Panca, terakhir menjabat sebagai General Manager Layanan Media dan Komunikasi Perum LKBN ANTARA, meninggalkan istri dan dua anaknya (putri dan putra).

Helpful dan bersahabat

Pria kelahiran tahun 1977 itu lulus Kursus Dasar Pewarta (SUSDAPE) Angkatan XIII dan diangkat pegawai tetap Perum LKBN ANTARA pada Juli 2005.

Selama bekerja, mendiang dikenal oleh rekan sejawatnya sebagai wartawan yang lembut dan sabar.

Karena karya dan sikapnya yang baik, alumni Universitas Padjajaran itu diamanahkan untuk meliput Istana Kepresidenan pada era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono hingga awal pemerintahan Presiden Joko Widodo pada 2015.

Di mata rekan seangkatan SUSPDAPE XIII, Panca dinilai memiliki jiwa jurnalis yang profesional dan personal yang ramah.

“Mas Panca itu orangnya ramah, helpful, dan selalu menjaga silaturahmi,” kata Redaktur Pelaksana I Perum LKBN ANTARA GNC Aryani.

Dia selalu menyempatkan diri untuk berkumpul bersama teman seangkatan, bahkan kerap menjadi orang pertama yang menjawab pertanyaan yang dilontarkan di grup Whatsapp.

Mbak Yeni, sapaan akrab Aryani, mengungkap kenangannya bahwa almarhum sangat membantu rekan-rekannya ketika pelatihan SUSDAPE.

“Setiap pagi setelah pembagian tugas oleh mentor, mas Panca itu yang selalu bantu untuk mengecek rute jalan ke lokasi peliputan, termasuk mencari info naik apa ke sana karena dia punya peta Jabodetabek, peta kertas ya,” kata Yeni menambahkan: “Dia Big brother yang sangat bisa diandalkan.”

Pengetahuan dan pengalamannya terhadap dunia jurnalistik juga tidak segan dibagikannya kepada masyarakat, pun ketika mengajar di Lembaga Pendidikan ANTARA (LPA).

Partisipasi aktif pernah ditorehkan almarhum dalam sejumlah kegiatan internal perusahaan, seperti menjadi Ketua COVID Ranger ANTARA yang ditugaskan untuk memantau pegawai yang terjangkit COVID-19 dan penegakan protokol saat pandemi melanda.

Mendiang bahkan berperan dalam perancangan sistem konvergensi redaksi Perum LKBN ANTARA yang mulai disiapkan pada 2017.

ANTARA pernah berdiskusi dengan mendiang dan teringat akan ucapannya terkait masa depan industri media. “Memang sudah seharusnya media menyajikan berita teks, foto, dan video dalam satu konten untuk menjawab kebutuhan masyarakat mendapatkan berita yang lengkap,” demikian Panca saat studi banding ke beberapa media di Singapura.

Rekan kerja Panca, Andes, mengatakan dengan sikap tanggung rasa, almarhum tidak segan membantu menopang beban kerja tim di bawahnya.

“Almarhum mau turun untuk membagi beban itu kepadanya, walau dia setingkat GM. Beliau juga detil dan mau bekerja sama jika ada hal yang harus diselesaikan, bahkan hingga larut malam,” ujar Andes.

Kenangan akan kebaikan Panca bukan hanya terkait pekerjaan. Moral dan etikanya yang santun juga tidak dilupakan.

“Semisal ada yang menggunjing, almarhum kerap mengatakan ke saya; ‘Tidak perlu direspons, terserah mereka mau bagaimana ke kita, kita tetap baik saja ke mereka’,” jelas Andes mengulang ucapan mendiang Panca.

Kiprah dan perannya di Kantor Berita ANTARA begitu signifikan. Dia ingin lembaganya menjadi perusahaan media yang modern dan terus menghasilkan produk sesuai kebutuhan.

Terima kasih mas Panca. Jasa dan prestasimu kan selalu dikenang oleh insan ANTARA, sahabat, dan keluarga.

Penulis: Bayu Prasetyo
Editor: Esti Nurmi Oktaviani