Artikel

MONUMEN PERS NASIONAL SURAKARTA JAJAKI KERJASAMA DENGAN KANTOR BERITA ANTARA

MONUMEN PERS NASIONAL SURAKARTA JAJAKI KERJASAMA DENGAN KANTOR BERITA ANTARA

Arnain Dian Agustin M.I.Kom dan Rahayu Trisnaningsih S.S. (kedua dan ketiga dari kiri) dari Monumen Pers Nasional Surakarta, tampak sedang berfoto di Ruang Redaksi Kantor Berita Antara bersama Redaktur Pelaksana, Sapto H Purnomo, Sekretaris Perusahaan Iswahyuni dan Sekretaris Redaksi Indri Prasetyowati  (ketiga dan keempat dari kiri) seusai mengadakan kunjungan ke Perum LKBN Antara, Kamis (11/4).


Sapto H Purnomo mengatakan Kantor Berita Antara siap bekerjasama dengan Monumen Pers Nasional yang tengah tengah mengumpulkan dan menyiapkan data guna persiapan Revitalisasi museum khusus pers nasional Indonesia ini.

Menurut Rahayu, Monumen Pers tengah merencanakan untuk membuat story line Sejarah Gedung Monumen Pes Nasional, Sejarah Pers Indonesia, Industri Media di Indonesia dan Tokoh Pers Indonesia sebagai bagian dari revitalisasi museum khusus pers nasional Indonesia yang terletak di Surakarta, Jawa Tengah ini.

Arnain menambahkan untuk melengkapi data tersebut, Museum perlu mendapatkan data dari tangan pertama. Selain berkunjung ke Kantor Berita Antara, Arnain dan Rahayu juga berkunjung ke keluarga Mendur, dan tokoh di balik pembangunan gedung museum ini.

Sekretaris Perusahaan Perum LKBN Antara sementara menambahkan kedua institusi sudah memeiliki nota kesepahama untuk memanfaatkan potensi yang ada di masing-masing institusi.

Gedung yang terletak di Jalan Gajah Mada No. 59 Kelurahan Timuran, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta, Provisi Jawa Tengah,  di sudut Jl. Gajah Mada dan Jl. Yosodipuro, di sebelah barat Istana Mangkunegaran ini dibangun tahun 1918. Kompleks museum terdiri dari bangunan asli Sasana Soeka, dua gedung berlantai dua, dan satu gedung berlantai empat ini koleksinya meliputi teknologi komunikasi dan teknologi reportase, seperti penerbangan, mesin ketik, pemancar, telepon, dan kentongan besar. Monumen ini terdaftar sebagai Cagar Budaya Indonesia.

Bangunan ini dulunya bernama “Societeit Sasana Soeka” dan dirancang oleh Mas Abu Kasan Atmodirono. Pada tahun 1933, Sarsito Mangunkusumo dan sejumlah insinyur lainnya bertemu di gedung ini dan merintis Solosche Radio Vereeniging, radio publik pertama yang dioperasikan pribumi Indonesia. Tiga belas tahun kemudian, pada tanggal 9 Februari 1946, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dibentuk di gedung ini.

Nama “Monumen Pers Nasional” ditetapkan tahun 1973 dan lahannya disumbangkan ke pemerintah tahun 1977. Museum ini resmi dibuka tanggal 9 Februari 1978 setelah dilengkapi beberapa bangunan. Dalam pidatonya, Presiden Soeharto memperingatkan pers akan bahaya kebebasan. Ia menyatakan, “menikmati kebebasan demi kebebasan itu sendiri adalah keistimewaan yang tak mampu kita dapatkan”. Saat ini, Monumen Pers Nasional Surakarta dikepalai oleh Widodo Hastjaryo.  

Museum ini memiliki pusat media. Di sana masyarakat bisa mengakses Internet dengan free wifi di lingkungan Monumen Pers.  Ada pula perpustakaan dengan koleksi 16.000 judul, media cetak dengan 4.000 judul, ruang baca koran dan majalah lama yang sudah didigitalisasi di tempat, dan ruang mikrofilm yang sudah tidak digunakan lagi.

(Iswahyuni/Sekretaris Perusahaan)