Kegiatan

DIRUT ANTARA BICARAKAN LITERASI DIGITAL DALAM DISKUSI BEDAH BUKU DIALEKTIKA DIGITAL

DIRUT ANTARA BICARAKAN LITERASI DIGITAL DALAM DISKUSI BEDAH BUKU DIALEKTIKA DIGITAL

Direktur Utama Perum LKBN ANTARA Meidyatama Suryodiningrat menjadi salah satu pembicara dalam diskusi bedah buku Dialektika Digital yang bertajuk “‘Frenemy’ Media Massa Konvensional dan Digital” pada Selasa (05/04).

Buku Dialektika Digital yang ditulis oleh Agus Sudibyo ini mengulas tentang keberlanjutan media konvensional di tengah-tengah keberadaan platform digital yang saat ini tidak hanya menjadi perusahaan teknologi, tetapi juga perusahaan media. 

Turut hadir dalam acara ini Agus Sudibyo selaku penulis buku Dialektika Digital, Dirjen IKP Kementerian Komunikasi dan Informasi Usman Kansong, Jurnalis Senior Don Bosco Selamun, Ketua Umum AMSI Wenseslaus Manggut, Anggota Dewan Pengarah BPIP Rikard Bagun, Ka. Prodi Ilmu Komunikasi Unika Atma Jaya Dorien Kartikawangi dan Peneliti Komunikasi Effendi Gazali.

Dirjen IKP Usman Kansong dalam sambutannya mengatakan bahwa masyarakat perlu diedukasi lebih lanjut mengenai media berbayar. Menurutnya, saat ini kita sedang memasuki era pertandingan antara media gratis dan media berbayar.

“Kita tidak cukup beradaptasi, tetapi kita juga harus mampu berkreasi. Kita harus edukasi masyarakat untuk mau membayar sejumlah uang untuk mendapatkan informasi. Walaupun yang gratis tetap disiapkan. Karena memang pertandingan media konvensional dan media baru itu pertandingan media gratis dan berbayar,” ujar Usman.

Direktur Utama Perum LKBN ANTARA Meidyatama Suryodiningrat mengapresiasi buku Dialektika Digital sebagai kepedulian penulis terhadap industri media massa.

“Terima kasih kepada Mas Agus karena memiliki kepedulian pada dunia media dan jurnalistik,” ujar Meidyatama.

Meidyatama menyampaikan bahwa publisher right yang dibahas dalam buku Dialektika Digital perlu diulas kembali.

“Itu yang kemudian jadi pertanyaan, apakah kita menggunakan publisher right itu karena kalah bisnis atau apa.. apakah kemudian kita menyalahkan platform global. padahal kan ini persaingan bisnis. Karena kita kalah saing atau ini hak kita?” kata Meidyatama.

Pada sesi selanjutnya yaitu sesi tanya jawab, Meidyatama turut memberikan pendapatnya mengenai bentuk tanggung jawab platform digital. Menurut Meidyatama, terdapat tiga aspek yang menjadi tanggung jawab platform digital, yaitu konten, produksi dan distribusi.

“Contohnya seperti  di koran, ada tiga aspek, yang paling dikenal adalah produksi konten. Yang kedua adalah produksi korannya, percetakannya, yang biasanya lebih kritis dari produksi konten. Yang ketiga, yang sampai subuh itu distribusi.  Jadi kalau ditanya tanggung jawabnya seperti apa, harus meliputi 3 aspek ini,” jelas Meidyatama.

(Angel/Cathelya/Sekretariat Perusahaan)