Artikel

LANGKAH KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DI ANTARA

LANGKAH KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DI ANTARA

Selama beberapa tahun terakhir ini, Kantor Berita Antara menjadi tempat bekerja yang semakin inklusif untuk kelompok-kelompok marjinal yang pada umumnya sering diabaikan suaranya dalam dunia korporasi. Dari sisi kebijakan, terobosan yang dilakukan manajemen perusahaan di antaranya adalah mengeluarkan blueprint untuk memekerjakan penyandang disabilitas sebanyak minimal dua persen dan menerbitkan aturan anti-perundungan. Rangkaian kebijakan tersebut diharapkan dapat memperkaya kapasitas kognitif perusahaan dengan ide-ide segar dari kelompok yang sebelumnya relatif (di)diam(kan).

Sementara itu di sisi lain, pemimpin-pemimpin baru dari kalangan muda dan perempuan juga terus bermunculan – sebuah prestasi yang patut dibanggakan untuk perusahaan yang beroperasi di negara dengan peringkat ketimpangan gender ke-121 dari 162 negara ini. Perempuan-perempuan Antara kini semakin banyak menduduki jabatan krusial, baik di level tertinggi seperti Dewan Pengawas dan Direksi, maupun di level menengah seperti kepala biro.

Kumpulan kecil profil sebagian perempuan pemimpin Antara ini ditujukan untuk merayakan keberhasilan para perempuan tangguh ini, dan juga menunjukkan kepada kelompok marjinal lain bahwa siapapun mempunyai kesempatan untuk memegang amanah menentukan arah perusahaan.

Widiarsi Agustina, Dewan Pengawas

 

Widiarsi Agustina, Dewan Pengawas ANTARA

 

Sebelum masuk ke dalam jajaran Dewan Pengawas Perum LKBN Antara, Widiarsi Agustina – yang juga akrab disapa dengan Niniel – merupakan jurnalis senior dengan pengalaman lebih 24 tahun sebagai wartawan di berbagai media.

Sebagian besar dari perjalanan Niniel di dunia jurnalisme dihabiskan untuk berkarya di grup Tempo, di mana ia sempat menjabat sebagai deputi kepala superdesk yang bertanggung jawab untuk mengarahkan konten untuk harian, majalah, dan media online grup media tersebut.

Pejalanan panjang Niniel sebagai wartawan kemudian membuat istana melirik, lalu meminta perempuan lulusan Universitas Sebelas Maret itu untuk menjadi Kepala Tim Newsroom di Kantor Sekretarian Presiden (KSP). Di situ ia mengatur agenda dan menyusun strategi narasi program pemerintah kepada publik dari 2018 - 2019.

Setelah menyelesaikan tugasnya di istana, Niniel kemudian ditunjuk untuk mengawal transisi di Kantor Berita Antara dengan menjadi anggota Dewan Pengawas.

Nina Kurnia Dewi, Direktur Keuangan, MSDM, dan Manajemen Risiko

 

Direktur Utama Perum LKBN ANTARA, Nina Kurnia Dewi
 

 

Direktur yang dikenal dengan sapaan "semangat pagi, semangat pagi, semangat pagi" ini punya visi membangun kepemimpinan perempuan berdaya di Antara. Sejak ditunjuk sebagai Direktur Keuangan pada medio 2018 – yang dalam perkembangannya juga memimpin divisi sumber daya manusia dan manajemen risiko, Nina telah melakukan banyak hal untuk mewujudkan visinya.

Diantaranya, Nina telah menginisiasi organisasi ekstra-kantor untuk perempuan dan anak muda (PENA) sebagai kawah candradimuka bagi kemunculan calon pemimpin dan ide alternatif di Antara. Selain itu, Nina juga menjadi pendorong utama terbentuknya  peraturan internal perusahaan bebas perundungan dan diskriminasi (‘Respectful Workplace Policy’) yang diharapkan dapat membuat perempuan dan kelompok minoritas merasa nyaman bekerja.

“Perempuan harus bisa memberi nilai tambah, di manapun ia berada,” demikian prinsipnya – sebuah komitmen hidup yang ia buktikan dengan aktif menjadi pengurus di sejumlah organisasi seperti Forum Human Capital Indonesia dan Forum Srikandi BUMN. Perempuan kelahiran Pekalongan yang menuntut ilmu sampai Queensland, Selandia Baru, itu berpendapat bahwa perempuan mempunyai keunggulan komparatif – seperti ketelitian dan kemampuan multi-tasking – yang dapat warna baru bagi perusahaan maupun dunia pers nasional.

Gusti Nur Cahya Aryani, Redaktur Pelaksana

 

 

 

Gusti Nur Cahya Aryani mengawali karirnya di bidang jurnalistik pada 2004 sebagai seorang wartawan muda di Desk Internasional Kantor Berita ANTARA yang ikut menjadi bagian tim peliputan bencana tsunami di Aceh, sebuah bencana yang mengubah pendekatan Indonesia pada penanganan bencana. Pengalaman ini kemudian menjadi bekalnya saat melakukan peliputan ke Sendai, Jepang pada 2011.

Karirnya kemudian berlanjut dengan menjadi koordinator liputan Istana Presiden, Kepala Redaksi Internasional dan sekarang menjadi Redaktur Pelaksana.

Tahun-tahunnya di lapangan diwarnai dengan serangkaian peliputan forum-forum kerja sama bilateral dan multilateral, mulai dari ASEAN, APEC, G20 hingga Sidang Majelis Umum PBB.

Pemegang sertifikasi wartawan utama ini juga aktif menjadi pembicara tamu dan pengajar ilmu komunikasi dalam upayanya mempromosikan kesetaraan dalam kesempatan dan suara, yang ia percayai sebagai sebuah langkah awal menuju masa depan yang lebih baik.

Pada 2022, ia mendukung insan-insan terbaik ANTARA untuk menggagas kelahiran PENA, organisasi perempuan dan anak muda di ANTARA selain tetap aktif dalam setidaknya dua komunitas praktisi dan professional di bidangnya, yaitu jejaring alumni International Visitor Leadership Program/IVLP dan United in Diversity/UID.

Ulul Maskuriah, Kepala Biro Kalimantan Tengah

 

 

 

Perempuan itu harus mampu “mancolo putro-mancolo putri” adalah pesan ibu yang menjadi prinsip hidup bagi perempuan kelahiran Ponorogo ini.

Mancolo putro (atau berperan sebagai laki-laki) bermakna bahwa perempuan itu harus kuat dan tangguh dalam menghadapi setiap permasalahan dan perubahan untuk kemajuan lembaga, diri dan keluarganya, tanpa meninggalkan jati dirinya sebagai perempuan (mancolo putri), yaitu sosok yang lemah lembut dan menyejukkan.

Pesan sang ibu tersebut menuntun Ulul dalam menghadapi segala rintangan dalam hidup, dari soal pendidikan, keorganisasian, hingga pekerjaan. Prinsip itu ia buktikan dengan mengikuti berbagai organisasi sosial keagamaan sejak sekolah menengah, lalu bekerja sambil kuliah tahun 1998 di tanah yang saat itu masih asing baginya, Kalimantan Selatan.

Ulul telah bekerja untuk Antara selama tiga dekade dan saat ini mendapatkan amanah sebagai Kepala Biro Antara, Kalimantan Tengah. Selain di Antara, ia juga aktif menjadi pengurus berbagai organisasi seperti organisasi wartawan lingkungan (Pena Hijau) Indonesia dan Forum Jurnalis Perempuan Kalimantan Selatan.

Bagi Ulul, PENA Antara akan menjadi kekuatan yang luar biasa untuk bisa dimanfaatkan mendukung penyelesaian isu-isu perempuan dan mendukung kebijakan pemerintah seperti pencegahan stunting – isu yang menjadi perhatian utama Ulul. Selain itu, PENA juga bisa menjadi wadah dan jalan bagi individu-individu anggota PENA untuk menjadi sebaik-baik manusia.

Hendrina Dian Kandipi, Kepala Biro Papua

 

 

 

Putri pertama dari tiga bersaudara di sebuah keluarga purnawirawan TNI AD ini tak pernah minder dengan penampilannya yang berbeda. Sarjana Ekonomi dari Universitas Cenderawasih dengan rambut keriting “brekele” dan kulit sawo matang ini menjadikan tampilan khas tersebut sebagai modal untuk menunjukkan kualitas diri.

Sebagai seorang perempuan muda Papua yang kini telah menjadi ibu bagi sepasang putra dan putrinya, gender bukanlah sebuah hal yang dapat menjadi halangan untuk satu langkah lebih maju dibandingkan laki-laki.

Menjadi diri sendiri adalah sesuatu hal yang terus dipegangnya untuk dapat meraih sukses. Bagi Dian, karier yang kini membawanya menjadi perempuan pertama dan termuda di jajaran Kepala LKBN Antara Biro Papua menjadi bukti bahwa perempuan mampu menjadi apapun yang dia mau.

Untuk itu, pada organisasi PENA dalam tubuh Kantor Berita Antara menjadi salah satu jalan Dian untuk membagikan dukungan bagi perempuan-perempuan muda lainnya menunjukkan eksistensi dan spirit berkarya di tingkat yang sama dengan semua orang tanpa terkecuali.

Perempuan di semua belahan bumi memiliki kesempatan yang sama untuk maju, tinggal bagaimana niatnya menuntun hingga ke jalan yang dimimpikannya.

Penting bagi perempuan mendukung perempuan lainnya untuk maju dan hidup sesuai takdir yang dibuatnya sendiri.

Mahmudah, Kepala Biro Yogyakarta

 

 

 

Mahmudah yang mengawali karier sebagai koresponden dan diangkat sebagai wartawan tetap di ANTARA Biro Kalimantan Tengah sejak 1997 kini terus berupaya mengembangkan diri di perusahaan media nasional itu.

Perempuan kelahiran 1971 asal Kota Purwokerto yang memiliki hoby berenang dan touring itu harus berpindah-pindah tugas dari Palangka Raya ke Semarang sejak 2009 dan kini menjabat sebagai Plt Kepala Biro DIY per 1 April 2022.

Jebolan UPR tahun 1994 jurusan Manajemen itu sebelumnya juga pernah menjabat sebagai Kepala Biro ANTARA Kalimantan Tengah selama 4 (empat) tahun sejak 2005-2009 sebelum dimutasi ke Semarang sebagai Asisten Manajer Pemberitaan ANTARA Biro Jawa Tengah sejak 2009.

Anak ragil dari 11 bersaudara yang  aktif di organisasi wartawan dan pernah menduduki sebagai bendahara baik di PWI Cabang Kalimantan Tengah maupun di PWI Cabang Jawa Tengah itu sangat bangga bisa menjadi bagian dari Kantor Berita Indonesia ANTARA.

Bagi Mahmudah, ANTARA memiliki kemampuan mengidentifikasi dan membina talenta-talenta muda termasuk talenta perempuan untuk dapat menggembangkan skillnya, sehingga diharapkan komposisi perempuan yang menduduki jabatan struktural di ANTARA akan terus meningkat di masa mendatang.

Sampai sejauh ini perempuan sudah mampu membuktikan keikutsertaannya di dalam proses pembangunan. Ke depan, seluruh stakeholder terkait hanya perlu memberikan kesempatan yang lebih luas kepada perempuan agar kontribusi yang diberikan dapat lebih optimal.

Evi Ratnawati, Kepala Biro Kalimantan Barat

 

 

 

Menekuni profesi jurnalistik adalah panggilan hati nurani Evi Ratnawati sejak tahun 90-an.  Evi kerap terjun ke pedalaman Riau seperti Talang Mamak maupun pulau terluar di Riau untuk mengetahui kondisi riil di lapangan.  Menurutnya pilihan ini mendatangkan kepuasan tersendiri karena dapat menyuarakan keadilan, kemanusiaan, kebaikan dan persatuan untuk membangun negeri. 

Pada tahun 2021 ANTARA, Evi memimpin pembangunan Tugu Merah Putih di Dasar Laut Natuna dalam rangka memperingati HUT RI ke 76 bersinergi dengan Komunitas Jelajah Bahari Natuna. Kegiatan ini adalah simbol bahwa Indonesia tidak hanya berdaulat di darat, laut dan udara saja, namun dasar laut sekalipun Indonesia harus tetap berdaulat.

Tugu ANTARA tersebut ditanam di teritorial Indonesia yang berhadapan langsung dengan perbatasan ZEE laut Natuna Utara tepatnya 7 mil bagian utara dari Pulau Senua, Natuna, Kepulauan Riau.  Kegiatan ini dirangkai dengan pengibaran bendera di dasar laut utara Pulau Natuna tepatnya di Geopark Tanjung Datuk, serta penanaman 76 terumbu karang. 

Lulusan Ilmu Kimia Fakultas MIPA Universitas Riau ini masuk Direktori Perempuan Riau yang diterbitkan Pemprov Riau tahun 2008. Evi juga menulis buku Serumpun Melayu Riau – Malaysia dan menerima anugerah BAIDURI dari Pemprov Riau tahun 2017. Ilmu dan pengalamannya kerap dibagikan termasuk sebagai pembicara diskusi publik perguruan tinggi maupun pemerintah daerah.

Helti Marini Sipayung, Kepala Biro Bengkulu

 

Sejak menamatkan pendidikan dari Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu pada 2005, Helti sudah terjun ke dunia jurnalistik dengan bergabung dalam sebuah koran harian di Kota Bengkulu. Setelah tiga tahun bergelut di media lokal, Helti mendapat kesempatan baik bergabung dengan LKBN Antara pada awal tahun 2008.

Sejak aktif menjadi jurnalis, Helti Marini Sipayung atau lebih akrab disapa Rini sudah memberikan perhatian lebih pada isu lingkungan hidup dalam karya-karya jurnalistiknya. Meliput isu lingkungan juga yang menghantarkannya menjadi pemenang dalam lomba menulis perubahan iklim yang digelar Kedutaan Norwegia dan hadiahnya adalah meliput KTT Iklim di Paris pada 2015. Karya jurnalistik yang dihasilkan selama meliput KTT Iklim ke-21 di Paris Prancis tersebut juga telah dibukukan oleh Lembaga Pers Dr Soetomo (LPDS).

Pada akhir 2018, Helti dipercaya sebagai Kepala Biro Bengkulu dan tercatat sebagai perempuan pertama yang menjabat kepala biro di Biro Bengkulu. Ia berharap dalam lima tahun ke depan perempuan Antara mampu menjadi leader dan contoh bagi pekerja perempuan di Indonesia, terutama dalam prestasi.

Yunianti Jannatun Naim, Kepala Biro Kepulauan Riau

  

"Jangan pernah bilang tidak bisa." begitu moto ibu tiga orang anak ini. Dia paling pantang menjawab sebuah tantangan dengan kalimat "saya tidak bisa,".

Begitulah, pada 2007 Perum LKBN Antara mengirim perempuan yang lahir dan besar di Jakarta ini ke Kota Batam, Kepulauan Riau, sebagai bagian dari penempatan kerja. Meski hatinya resah, gelisah, bingung dan galau, ia anti menjawab "tidak bisa". Maka ia merantau seorang diri ke pulau kecil yang jauh dari hiruk piruk ibu kota.

Perempuan lulusan S1 Jurusan Jurnalistik IISIP Jakarta itu memahami menjadi wartawan perempuan tidak mudah, apalagi di negeri perantauan. Maka, ia menggandeng teman-temannya, sesama pewarta untuk membentuk komunitas Jurnalis Perempuan Batam.

Selain untuk saling menguatkan dalam menghadapi berbagai tantangan menjalani profesi, komunitas juga memberikan kontribusi nyata pada lingkungan. Jurnalis Perempuan Batam kerap menyelenggarakan bakti sosial, antara lain membagikan hadiah kepada loper koran dan anak jalanan dan membersihkan sampah di Perairan Pulau Belakangpadang, pulau yang berhadapan dengan Singapura.

Pada April 2022, Ketuaan (Ketua) Jurnalis Perempuan Batam itu didapuk menjadi Kepala Biro Antara Biro Kepulauan Riau. Meski ini bukanlah tantangan yang mudah bagi seorang wanita, namun seperti motonya, pantang baginya berkata "tidak bisa".

Ia yakin, seluruh puan Antara memiliki kemampuan yang tidak kalah dari lelaki dan ke depannya akan semakin banyak pimpinan perempuan di Antara yang mampu memberi warna pada kemajuan perusahaan.

 (Lintang/PENA/Sekretariat Perusahaan)